ORANG GUNUNG TAKUT MONYET, BLOGGER TAKUT HACKER
Rasa takut merupakan kodrat pemberian Tuhan kepada setiap makluk yang hidup di dunia. Di satu sisi rasa takut diperlukan sebagai kontrol kepada diri kita. Disisi lain, rasa takut yang tidak terkontrol dapat mencelakakan kepada makluk yang memilikinya.
Rasa takut sedikit berbeda dengan rasa malu. Dengan perasaan takut, seseorang dapat menghindari hal-hal yang dianggapnya dapat mendatangkan ketakutan tersebut, menghindari berseberangan dengan penguasa bagi yang takut akan tersisihkan, menghindari terik matahari bagi yang takut kulitnya hitam, menghindari, menghindari, dan menghindari. Akhirnya ia akan terkungkung oleh rasa takutnya sendiri.
Rasa takut yang terkontrol akan berakibat sebaliknya. Seseorang dapat menggunakan pikirannya untuk melakukan sesuatu pekerjaan tanpa menghindari secara total pekerjaan bersangkutan. Ia dapat mengatur mana yang dihindari dan mana yang harus dihadapi agar tidak menjadi "konyol".
Kuncinya, kendali diri atau "manajemen diri" yang harus dikedepankan dan dilatih agar seseorang dapat memanfaatkan rasa takut itu menjadi positif dan mendatangkan manfaat.
Amerika Serikat, menjadi negara super power akibat rasa takut yang terkontrol dan mampu memanfaatkannya untuk menciptakan sumber daya yang selalu setingkat atau beberapa tingkat diatas sumber daya negara lain.
Ketika ketakutan Amerika Serikat itu tidak lagi menjadi rasa takut ia melepas berbagai sumber daya yang telah dibuatnya ke sektor publik, sebagai bahan ekonomi. Dan hasilnya, sangat "membanggakan". Amerika mampu menjual teknologi dua dasawarsa silam, pada saat ini, denhan harga yang sangat menggiurkan. Pesawat tempur, peralatan intelejen, termasuk peralatan spionase untuk "menonton", "mencuri", atau mengisolir situasi.
Dari rasa takut tersebut, Amerika Serikat menggunakan logika untuk dapat mengatasi rasa takutnya. Kenapa kita tidak?
Selidik punya selidik (opini pribadi), rasa takut yang tertanam dalam diri orang Indonesia akibat dari faham feodal yang masih tertanam. Ketakutan adalah salah sumber untuk menancapkan suatu pengaruh, terutama kekuasaan. Logika disingkirkan jauh-jauh, dan akhirnya Indonesia hanya menjadi bangsa yang konsumtif. Ya, memang Indonesia baru saja merdeka, dan Amerika berusia jauh lebih tua, tapi bukan itu intinya, maukah seseorang belajar? Maukah mereka belajar mengendalikan rasa takut?
Setelah lebih 60 tahun Indonesia merdeka, orang Indonesia masih terisolasi dalam ketakutan yang diciptakan orang lain yang punya kemampuan lebih. Rakyat takut akan penguasa, sipil takut militer, termasuk "user" takut "admin". Itulah Indonesia sekarang, rasa takut terus ditancapkan untuk mendapat berbagai keuntungan, tidak ada persatuan dan saling membantu antar warga, bahkan untuk belajar menggunakan media internetpun, layaknya di Taman Kanak-Kanak, kita harus jungkir balik, agar diakui menjadi pengguna internet dan fitur-fiturnya.
User ataupun Blogger yang masih klik sini-klik sana tidak beraturan karena ketidak tahuan, menjadi sasaran empuk para hacker maupun cracker, seolah mereka ingin berkata... "Lo gak boleh ada disini, disini adalah tempat gue".
Kembali ego dan kekuasaan mengendalikan rasa takut dan terus ditanamkan.