Selasa, 31 Agustus 2010

Dzikrullah Sebagai Solusi Segala Permasalahan

Telah dijelaskan bahwa dengan mempelajari Tasawuf kita akan mengetahui bagaimana cara membersihkan jiwa dari sifat-sifat tercela. Namun demikian, tasawuf hanyalah teori prakteknya dalam thoriqot.
Thariqot yang dikembangkan di Pondok Pesantren Suryalaya adalah Thoriqot Qodiriyah wan - Naqsabandiyah (TQN). lntinya menjelaskan bagaimana cara Dzikrullah agar menghasilkan sesuatu yang diharapkan yaitu agar pelakunya (dzakir) dapat menjaga dirinya dari perbuatan tercela atau berakhlak karimah.
- Yang pertama harus diyakini bahwa Tasawuf/Thariqot/dzikir merupakan rukun agama setelah rukun aqidah dan rukun syariah;
- Yang kedua harus terpenuhi syarat-syarat dizkir, yang paling mendasar/cara dzikir tersebut harus diambil dari seorang guru Mursyid. Dijelaskan oleh Amin Al Kurdi (Tanwirul Qulub : 405)7 sebagai berikut :
"Para ahli thariqot telah sepakat bahwa manusia wajib mendapatkan seorang guru (mursyid) yang akan membimbing menghilangkan berbagai penyakit jiwa yang menghalangi kekhusyukan dalam beribadah"

Baginya berlaku kaidah : "Bahwa beribadah yang tidak sempurna kecuali dengan adanya sesuatu, maka mengadakan sesuatu itu pun wajib hukumnya. Istilah yang baku mengambil tatacara dzikir dari guru Mursyid adalah Talqin.
Syekh Abdul Qadir Al-Jaelani (Sirul Asror : 7)8 tentang tafsir firman Allah dalam Al Qur'an surat yusuf ayat ke 108 :
"Katakanlah (Muhammad) : "Inilah jalanku aku dan orang-orang yang mengikutiku, mengajak (kamu) kepada Allah dengan bashirohku dan orang orang yang mengikutiku".
Ditafsirkan sebagai berikut :
"Bashiroh adalah mata rohani, manusia wajib menghidupkan mata rohani tersebut dengan mengambil talqim dan wali mursyid yang mengkhabarkan tentang alam lahut. perhatikanlah hal ini."

- Yang ketiga
Sebagaimana shalat dan ibadah-ibadah yang lainnya, maka dalam talqin/dzikir inipun disyaratkan dalam keadaan suci dengan wudhu yang sempurna. Mengenai kaifiat dzikir jahar dalam miftahus shudur juz 1 halaman ke 8 (mohon restu Pangersa Abah, untuk kepentingan ilmiah)9 dijelaskan sebagai berikut :
"Hendaknya memulai dengan kalimah LAA... dari bawah pusat, dipanjangkan dan ditarik keatas sampai ke posisi otak."
"Kemudian dengan memulai dari kamzahnya ILLAHA diturunkan ke posisi bawah pundak sebelah kanan. Kemudian dengan memulai kamzahnya ILLALOOH dari bawah pundak kanan dipanjangkan dan ditarik ke hati sembari dibawah tulang rusuk sebelah kiri.''
Dengan gerakan-gerakan ini makna kalimah LAA ILLAHA ILLALOOH akan merambah ke semua potensi Sumber Daya Spikologis Manusia (MDPM), khususnya ke posisi-posisi LATIFAH tersebut di atas. Dan ditambah dengan suaranya yang keras, makna kalimat tahlil tersebut akan terasa oleh perasaan fisik dan perasaan psikis, dan akan menghasilkan nur rohani yang akan menghidupkan hati untuk selamanya.
Mengenai suara yang kuat ini Pangersa Abah (Miftahus Shudur : I : 10) menganalogkan hati dengan batu, sesuai dengan firman Allah dalam Al Qur'an surat Al Baqarah ayat ke 74 yang artinya :
"Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu bahkan lebih keras".
"Bahwa sebagaimana batu yang keras itu tidak akan pecah kecuali dengan pukulan yang keras, maka demikian pula dzikir tidak akan membuahkan hasil (Atsar) efek positif keseluruh penjuru relung hati kecuali dengan suara yang kuat pula".

Senin, 30 Agustus 2010

Tasawuf

Tasawuf berasal dari bahasa arab shafa berarti lembut, oleh karena itu shufi adalah orang yang lembut hatinya.
Definisinya, menurut Amin Al Kurdi (Tanwirul Qulub : 406) tasawuf adalah
"Ilmu untuk mengetahui gerak-gerik jiwa yang terpuji atau yang tercela, dan tentang bagaimana cara membersihkan jiwa dari sifat-sifat tercela tersebut."

Sumber ilmu tasawuf adalah Al–Quran, Al–Sunnah dan Atsar (instuisi) orang-orang tertentu.
Tasawuf adalah ilmu yang paling berharga dan merupakan sumber ilmu-ilmu yang lainnya. Dengan mempelajari ilmu ini manusia akan belajar mensucikan hati dan akan mengetahui hal-hal yang goib.
Sumber Daya Psikologis Manusia (SDPM) adalah, NAFS, sering diterjemahkan nafsu, biasanya dikonotasikan hanya kepada ekspresi-¬ekspresi yang tidak baik padahal dalam kajian tasawuf NAFS juga sebagai sumber ekspresi-ekspresi yang positif.

Jumat, 27 Agustus 2010

PENDEKATAN HOLISTIK UNTUK PENINGKATAN KOMPETENSI GURU

Berbagai kegiatan yang berkaitan dengan peningkatan kompetensi guru telah dilakukan baik oleh pemerintah pusat melalui Departemen Pendidikan Nasional, Departemen Agama, pemerintah daerah serta dari pihak masyarakat. Pembiayaan untuk berbagai kegiatan tersebut berasal dari APBN, APBD, bantuan teknis dari luar
negeri serta dari swadaya masyarakat. Pengkajian menemukan keragaman dalam pendekatan penyelenggaraan pembinaan kompetensi tersebut dan keragaman indikator kompetensi yang dijadikan sasaran atau ukuran.
Usaha peningkatan kompetensi guru yang dilakukan secara holistik atau komprehensif dan berkelanjutan cenderung akan menghasilkan guru-guru yang kompeten yang pada akhirnya akan menghasilkan mutu pendidikan yang meningkat.
Pendekatan holistik tersebut meliputi sekurangnya dua dimensi, yaitu dimensi orang yang terlibat dan dimensi isi. Dimensi orang yang terlibat adalah pendekatan yang melibatkan semua pemangku kepentingan (stakeholders) sekolah di lapangan, termasuk unsur Dinas Pendidikan, Kepala Sekolah, Guru dan Komite Sekolah yang tergabung dalam satuan terkecil, yaitu satu gugus sekolah.
dimensi isi pendekatan holistik itu perlu meliputi semua komponen atau unsur yang diperlukan untuk mewujutkan kompetensi dalam proses pembelajaran secara keseluruhan. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa kompetensi dipahami dan dilaksanakan oleh guru secara berbeda-beda. Perbedaan penafsiran atas makna kompetensi, serta kadar kompetensi nampaknya dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya : status sekolah seperti binaan proyek dan non-binaan, kebijakan Dinas Pendidikan setempat, kategori sekolah (unggulan dan non-unggulan), lingkungan sekolah, motivasi guru dan keterbatasan pengetahuan guru.